aku pernah memiliki keinginan untuk memutar waktu
dan kembali padamu
menjaga dalam pelukan dan tak melepasnya
sebab kuketahui kau akan pergi jika kubiarkan begitu saja.
sebab kuketahui kau tidak bisa menungguku kembali
—kau tidak pernah bisa; kau tak ingin mencoba.
aku pernah mencintaimu begitu sempurna
sampai ingin rasanya kukoyak hatiku sendiri
karena mengasihimu begitu sakitnya
dan tidak kutemukan caranya berhenti
sesungguhnya mungkin hanya aku 
satu-satunya yang mengetahui bagaimana rasanya berjuang
untuk sekadar mengucapkan kata sayang
aku pernah mengira kau mencintaiku juga,
sama hebatnya dengan hatiku yang kuberikan dengan rela;
dengan tanpa mengharap apa-apa,
kecuali hatimu untukku saja.
tetapi ternyata Tuhan dan waktu lebih mencintaiku
dari kata-kata cintamu yang tak bernyawa itu.
ternyata kau hanya mengajariku bagaimana merakit sakit
untuk menjadi puisi-puisi paling pahit.
ternyata kau cukup terjadi pada hidupku sekali,
untuk selalu ada padaku, 
sebagai puisi patah hati.


-- Lieb

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »