Dua Puisi


kitalah kata yang membusung dada. menceritakan perpisahan penuh keangkuhan. 
kitalah cerita di buku yang tertutup. menuliskan kesedihan dengan sangat setia. 
kitalah dua, yang tak lagi sama. 
kau berjalan menyusuri tapak kepergian. sementara aku, mengikuti dari belakang sembari menulis puisi dengan air mata. 
setiap pagi kau berpulang ke dadaku, serupa kerinduan yang mengundang tangisan. tidak pula aku berani menyebut namamu demi meringankan beban perasaan.

sebab kitalah dua, yang tak lagi bercinta.
kau berjalan di pinggir jalan kenangan. sementara aku, rela mati di tengah jalan oleh kenangan dan angan. 
seperti ini kita. 

akhir cerita yang berbeda dari doa-doa.

-- Lieb


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »